catatan harian romadhon 2011 (3-3 habis)
10 hari ke 3 ramadhan 2011
Masih teringat disaat sms itu masuk di inbox nokia E51 yang ku lapisi kanan kirinya dengan isolasi hitam, yah sekedar untuk menjaga agar tak terlepas antara chasing dengan bodynya. Masih teringat pula betapa panic dan semakin kecewanya diri ini atas isi dari sms itu, hampir saja,,hampir saja saya lupa bahwa saat itu saya sedang berpuasa (secara gelas udah ditangan plus aku udah ada di depan dispenser). Alhamdulillah masih inget..alhamdulillah..(dan setelah saat itu aku baru sadar gimana ceritanya sampe ada dawuh bahwa puasa bisa nekan hawa nafsu termasuk amarah walopun dalam beberapa kasus ndak “menghabisi” amarah dan nafsu itu seluruhnya ‘til completely destroyed *it’s imposibble for me dude!)
Langsung kuhubungi salah satu sahabat saya…yah, aku butuh pendengar! Lantas mengalirlah semua cerita pilu itu dan bahkan sahabatku pun terdiam tak berkomentar seperti biasanya. Hmmm… wajarlah kiranya itu terjadi mengingat ini bukanlah masalah yang mungkin bagi dia adalah sesuatu yang dia belum terbiasa. Dengan ke-egois-an ku yang memuncak nada bicaraku mulai tak beraturan dan secara ga langsung memaksanya untuk berpendapt dan bersodaqoh saran dan ide padaku, dan kini aku kadang merenung “aku kok waktu itu ngomong kayak marah-marah ke dia ya? Za..za.. sempel mu pancet ae,,untung ga di pecat dadi konco kau”. Well, Mungkin memang benar bahwa pada saat kita marah/bingung/tidak tenang kita jadi bodoh mendadak. Dan itulah kelemahan saya “anger management” *mengutip judul film Hollywood
Lepas menelpon sahabatku yang baru kusadari berdurasi 25 menitan dan menghabiskan pulsaku yang awalnya 45 ribu rupiah sehingga tinggal 5 ribuan, sedikit ada rasa tenang, sedikit, Alhamdulillah.
Abi..Abi.. langsung ku cari dimana abi, pria paling sabar dan paling bijaksana yang ada dirumahku..dan dalam hati aku berkata dengan egois “kau harus tenangkan aku!”. Kuyakin saat itu hawa nafsu dalam tubuhku sedang berpesta pora merayakan kemenangannya “ayo terus…marah sono…ntar sumpek trus batalin deh kayak tahun lalu waktu kehilangan hape di pasar bandeng,,, tarik maang!!!”
Melihat aku yang ngos ngosan beliau dengan tenangnya berkata “lapo? Ayo lungguh kene dhisik..”. terduduk aku di lantai disebelah beliau yang duduk dengan tenang di sofa teras rumah dengan ditemani lantunan lagu melayu lawas dari radio kotak berukuran sekitar 1m x 0.5m. “ni yang nyanyi sapa sih?” grundel ku dalam hati.
Dan kujelaskan semua pada abi ku, dengan tenang beliau menjawab “wes, tenang,,,saiki wayahe belajar ikhlas,,dibalekno kabeh nang pengeran. Manusia itu wajib usaha, kalau hasil usaha itu ga sesuai karo karepe awak, berarti kemungkinannya Cuma 2: ditunda atau dicarikan yang lebih baik. Sampeyan saiki introspeksi dan ojo sampe sampean nekat seperti cerita sampeyan tadi. Coba dipikir, apakah sesuatu yang dimulai dengan kenekatan yang jelas jelas tidak baik itu pengeran seneng?”
Aku hanya mampu terdiam, seketika serasa ada air yang perlahan menetes diatas kepalaku, lambat laun tetesan tetesan itu kian besar seolah berusaha mendinginkanku, aku masih panas tapi tak sepanas tadi. “menungso urip iku mesti eling nak, elingo bahwa ibadahmu itu ga mesti diterimo karo pengeran terus ndang lapo menungso nekat ndolek duso, wong walopun ibadahmu iku dicatet tapi nek gusti alloh ga ridho awakmu mlebu surgo ape lapo? Ibadah nak…ibadah…iku sing penting,,,urip iku wayahe njaluk ridhoe pengeran”
“hubungan sampeyan kan belum menikah, jadi ga usah ngoyo”. Mendadak terdengar suara umi yang baru datang tadarus subuh di langgar at-taqwa. Dengan tersenyum beliau berucap “mosok kalah karo tom?”. Nah loh dibandingin sama kucing, ngehek ga tuh?
“usaha itu boleh, tapi ga oleh memaksa,, tuhan iku wes ngasih pertanda apa ini bisa terus atau tidak,,wes ta urip ga usah ongos-ongos,, eh engko bengi ayok buko nang rumah makan sekalian sholat nang masjid agung gresik”
DEG!!
Dan air mata itu tercurah dalam bahagia syukur…mulut terhenti…terkatup…mata terpejam…dan kubuka lubang lubang kapiler tubuh ini untuk menyerap sarinya… dan hati ini berbisik “tuhan, terimakasih telah melahirkanku sebagai anak mereka berdua”
Ayat ayat itu bertebaran dimana mana…
Jika kita mau menyempatkan mata sibuk kita untuk melihat walau hanya sepicing…
Jika kita mau menyempatkan telinga bising kita untuk mendengar walau hanya sebuah desahan...
Kau akan temukan serpihan itu sungguh tebarannya tak terkira banyaknya…
Mengitarimu…seolah mereka thowaf memutarimu sembari mengarahkanmu…
Membujukmu…
Menuntunmu untuk menemukan serpihan serpihan yang lain…
Dan susunlah semua perlahan…dan hidupkanlah…
hwwaaaaaaaaaaaaa... bikin melow *lagi*
BalasHapusdan lagi lagi makin pengen tau abi ma umi'muuuuuuuu. hehehe..
ahahaha.... sakjane seng melow aku kok ente malu melu...
BalasHapusmaen kerumah sono...tapi rame rame jo dwean...