Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2012

"Aku" pun aku tak punya

Hei,Api kecil. Tahukah kau? Aku tak sepeserpun hebat Aku cuma bisa melihatmu jika diizinkanNYA Lewat refleksi dua kotak plastik tembus pandang yang dipantulkannya bayangmu pada mata ku Yang tanpanya kau terlihat samar, Se samar pikiran ku atasmu yang sekali dua kali buram sehingga aku harus terus mengelapnya Entah debu, entah uap, atau rembes embun mata yang tertumpah tak sengaja Lantaran aku terlalu lalai untuk melepas kotak plastik itu Ya. Aku memang tak sepeserpun hebat.

Terpejam tak terjaga

Aku terlalu capei untuk berlari lagi Sayang, kini kau telah lihat aku duduk Berselanjar meluruskan tungkaiku yang telah penat karena berlari Penat dan Peluh mencecarku bak seorang tersangka Nafasku menderu Mengais angin hampa yang seolah sungkan untuk mampir Sungguh kini aku terlalu capai untuk berlari sayang

Chikushou no kanojo (my rap lyric, some of them is not my own writing)

This is my way to move it on This is my style to let it gone Baby, could you spare my feeling just for awhile and give me some time to pierce it with a smile? Now I really really want to move away, So stop fucking mess with me anyway

Bangunkan anu mu

Kawan. To the point aja. Jujur deh,Anu kita itu sering nggak bangun kan? Nah mengapa? Menurutku sih begini.. Jadi Allah SWT itu dengan karunia dan segala ke maha baik-an nya serta maha-maha yang 99 itu sudah dengan gratis memberi kita anu. Menyisipkannya di sela sela diri kita. Membungkusnya dan memberi cara pada kita untuk memakainya. Menyematkannya dengan unik sehingga membuat kita sering ga sadar dan akibatnya,kawan, si anu kita itu doyan tidur. Enggan bangun. Seperti Tak mau menegakkan kepalanya. Padahal, dia krusial -kata orang yang sudah paham betul- sekali buat manusia. Dan saya,kawan. Saya masih dalam tahap tahu, belum dalam tahap paham apalagi tahap practical. Namun, kawan. Saya tahu ~dari pengamatan ke-tahu-an saya~ kalau anu itu penting.

Grebeg - SuperCourse - Monthly event

Gambar
GreBeg , Sebuah komunitas yang baru saja saya join september lalu. Sudah dua bulan-an, nggak kerasa. Yap emang nggak kerasa,tapi ber-asa. Ber-asa kawan. Asa itu harapan. Saya English kan dia dengan hope, bukan wish. Tenang, ini bukan karena saya promo kick andy hope, namun karena sepengetahuan otak sadar betul saya (yang ala kadarnya) ini, sebuah kata hope ber ujung di masa depan. Harapan untuk masa depan. Bukan sebuah wish tentang masa lalu. Bukan sebuah wish yang beraroma penyesalan akan masa lalu. Hope is moving forward. "Move on!" Kata anak sekarang. Yap, sedikit banyak saya lebih suka hope(sedikit) daripada wish. Wish terkesan terlalu melancholy dan sendu, hope terkesan optimistis! Ini logika-opini saya. Sekali lagi Lo-gi-ka-o-pi-ni-sa-ya. Dan harapan tak cuma bisa diwujudkan. Dia bisa diapa apakan. Apa saja. Contohnya? bagi saya harapan itu lebih parah dari influenza! Dia bisa spreading lebih kilat dari segara virus yang terkirim pake paket kilat express sekalipun! G

Pengaman-Pembatas-Bocor. What a day!

Gambar
Pengaman dan Pembatas! Ya. Kawan. Sesuai pikiranmu. Pengaman! Pembatas! Sungguh nggak habis pikir. Dipikir pun nggak habis habis. Asli wes. Tapi ya itu dari kacamata saya. Dari sudut pandang kacamata minus ber frame plastik saya. Dan itu tentang Pengaman dan Pembatas, Kawan. Pe-nga-man Pem-ba-tas. Pengaman. Sesuatu yang sering beberapa dari kita memandang sebelah mata. Sesuatu yang terpaksa kita pakai karena takut kejadian. Sesuatu yang terpaksa kita pakai karena takut. Takut berkasus. Yap, kita lebih takut berkasus, kejadian, ketauan, dan banyak lagi hal external lainnya dibanding ke-karena-an takut atas ketidak amanan pribadi sendiri. Dibanding ketakutan akan terjadinya cidera. Cidera yang mengalirkan darah lebih banyak tentunya. Dan dalam beberapa kasus, cidera yang terpaksa memerlukan perawatan dan penanganan medis lebih. Sampai acara jahit menjahit dengan dokter. Dan sampai berbekas luka yang tak bisa hilang. Sulit hilang.