Kau tak se tak kuat yang kau, aku, dia, kami, mereka duga.
Kau tak se tak kuat yang kau pikir kawan.
Lihat. Kau tegap. Kepalamu pun tersangga dengan mantap. Punggungmu masih jejag menentang arus.Tungkai tungkai mu pun tak lunglai di hentak rotasi cepat dunia. Lihat. Pikirkanlah. Masihkah kau merasa kau lemah?
Kawan. Kau ingat mereka ber dua. Mereka yang tertawa saat pertama kau menangis. Mereka yang tertawa dalam peluh penuh kelegaan. Mereka yang memanggil kita, aku, kamu mereka dengan sebuah doa. Sebuah doa yang akhirnya terucap tiap kita dipanggil. Doa penuh keyakinan. Doa penuh harapan.
Ya. Nama kita. Setiap sebutnya adalah doa. Harapan yang dititipkan. Harapan yang dipercayakan. Harapan yang menguatkan.
Mereka menguatkanmu sejak kau tak mampu membeda warna. Mereka menguatkanmu sejak kau rapuh terjatuh untuk menjejak.
Mereka melatihmu,Dengan kata sederhana. Dengan laku yang biasa. Dengan pikir yang lumrah.
Tapi tanyakanlah apakah mereka menganggapmu lemah? Tak akan. Mereka membentuk sebuah extravagant dari yang biasa. Kamu. Extravagant itu kuat.
Itu doa mereka. Setiap mereka memanggilmu.
Kawan.Masihkah kau merasa rapuh?
Kawan. Aku memang tampak tak religius. Aku memang tak se agamis pendakwah. Tapi aku percaya ada sebuah KUASA di dunia ini. Dia ada. Dia tak berkhianat. Dia Bijak. Maha Bijak. Maha Tahu. Dan segala Maha Maha yang lain. Tak akan Dia memberi mu apapun tanpa sebab. Tak akan dia mencobamu tanpa menguatkanmu. Tak akan dia mengujimu dan kemudian menakutimu lalu menyuruhmu lari. Dia menyediakan jawabannya. Hadapi. Cari. Temukan.
Dan jika telah kau temukan itu. Kawan. Angkat dagu murungmu. Tegakkan punggungmu. Dengan Kepal jari tapak mu dan kejang otot tungkai tungkaimu,kawan,Sebut doa~harapan khusus itu. Mantapkan. Kawan. Kau kuat.
Kau tak se tak kuat yang kau pikir
Lihat. Kau tegap. Kepalamu pun tersangga dengan mantap. Punggungmu masih jejag menentang arus.Tungkai tungkai mu pun tak lunglai di hentak rotasi cepat dunia. Lihat. Pikirkanlah. Masihkah kau merasa kau lemah?
Kawan. Kau ingat mereka ber dua. Mereka yang tertawa saat pertama kau menangis. Mereka yang tertawa dalam peluh penuh kelegaan. Mereka yang memanggil kita, aku, kamu mereka dengan sebuah doa. Sebuah doa yang akhirnya terucap tiap kita dipanggil. Doa penuh keyakinan. Doa penuh harapan.
Ya. Nama kita. Setiap sebutnya adalah doa. Harapan yang dititipkan. Harapan yang dipercayakan. Harapan yang menguatkan.
Mereka menguatkanmu sejak kau tak mampu membeda warna. Mereka menguatkanmu sejak kau rapuh terjatuh untuk menjejak.
Mereka melatihmu,Dengan kata sederhana. Dengan laku yang biasa. Dengan pikir yang lumrah.
Tapi tanyakanlah apakah mereka menganggapmu lemah? Tak akan. Mereka membentuk sebuah extravagant dari yang biasa. Kamu. Extravagant itu kuat.
Itu doa mereka. Setiap mereka memanggilmu.
Kawan.Masihkah kau merasa rapuh?
Kawan. Aku memang tampak tak religius. Aku memang tak se agamis pendakwah. Tapi aku percaya ada sebuah KUASA di dunia ini. Dia ada. Dia tak berkhianat. Dia Bijak. Maha Bijak. Maha Tahu. Dan segala Maha Maha yang lain. Tak akan Dia memberi mu apapun tanpa sebab. Tak akan dia mencobamu tanpa menguatkanmu. Tak akan dia mengujimu dan kemudian menakutimu lalu menyuruhmu lari. Dia menyediakan jawabannya. Hadapi. Cari. Temukan.
Dan jika telah kau temukan itu. Kawan. Angkat dagu murungmu. Tegakkan punggungmu. Dengan Kepal jari tapak mu dan kejang otot tungkai tungkaimu,kawan,Sebut doa~harapan khusus itu. Mantapkan. Kawan. Kau kuat.
Kau tak se tak kuat yang kau pikir
posted from Bloggeroid
Komentar
Posting Komentar