Kau tak se tak kuat yang kau, aku, dia, kami, mereka duga.
Kau tak se tak kuat yang kau pikir kawan. Lihat. Kau tegap. Kepalamu pun tersangga dengan mantap. Punggungmu masih jejag menentang arus.Tungkai tungkai mu pun tak lunglai di hentak rotasi cepat dunia. Lihat. Pikirkanlah. Masihkah kau merasa kau lemah? Kawan. Kau ingat mereka ber dua. Mereka yang tertawa saat pertama kau menangis. Mereka yang tertawa dalam peluh penuh kelegaan. Mereka yang memanggil kita, aku, kamu mereka dengan sebuah doa. Sebuah doa yang akhirnya terucap tiap kita dipanggil. Doa penuh keyakinan. Doa penuh harapan. Ya. Nama kita. Setiap sebutnya adalah doa. Harapan yang dititipkan. Harapan yang dipercayakan. Harapan yang menguatkan. Mereka menguatkanmu sejak kau tak mampu membeda warna. Mereka menguatkanmu sejak kau rapuh terjatuh untuk menjejak. Mereka melatihmu,Dengan kata sederhana. Dengan laku yang biasa. Dengan pikir yang lumrah. Tapi tanyakanlah apakah mereka menganggapmu lemah? Tak akan. Mereka membentuk sebuah extravagant dari yang biasa. Kamu. Extravaga...